BAB
I
A. Rumusan
Masalah
Makalah
ini terdapat beberapa rumusan masalah :
1. Apa
pengertian hakikat kata?
2. Apa
pengertian jenis kata?
3. Apa
pengertian diksi?
B. Tujuan
Makalah ini terdapat beberapa tujuan, yaitu :
1. Mendeskripsikan
pengertian hakikat kata
2. Mendeskripsikan
pengertian jenis kata
3. Mendeskripsikan
pengertian diksi
BAB
II
A. Hakekat
Kata
Hakikat kata adalah suatu unit dari sebuah bahasa
yang mengandug arti dan terdiri dari satu atau lebih morfem. Kata juga
merupakan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri. Pada umumnya kata terdiri
dari satu akar kata tanpa atau dengan beberapa afiks.
B. Jenis
Kata
Kata adalah kumpulan bunyi ujaran yang mengandung
sebuah arti yang jelas. Dengan demikian apabila ada kumpulan bunyi ujaran atau
kumpulan beberapa huruf abjad namun tidak mengandung arti yang jelas, maka itu
tidak dinamakan kata. Menurut jenisnya dalam bahasa Indonesia kata dibedakan
menjadi 10 jenis, yaitu :
1. Kata
Benda
Kata
benda adalah nama dari sebuah benda dan segala yang dibendakan. Menurut
wujudnya, kata benda dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Kata
benda konkrit
Kata benda konkrit
adalah kata benda yang wujud bendanya nampak kelihatan dengan jelas dan dapat ditangkap
oleh pancaindera. Contoh : buku, kertas, rumah, dan sebagainya.
b. Kata benda abstrak
Kata benda abstrak
adalah kata bnda yang wujud bendanya tidak nampak kelihatan dan tidak dapat
ditangkap oleh pancaindera, namun keberadaannya ada. Contoh : ide, udara, ilmu,
dan sebagainya
Ciri-ciri kata benda :
1) Kata
tersebut terbentuk dari imbuhan : ke-, pe-, ke-an, pe-an, per-an, -an, dan–nya.
2) Kata-kata
tersebut dapat diperluas dengan menambahkan kata yang dan kata sifat.
2. Kata
Kerja
Kata
kerja adalah kata yang menyatakan perbuatan atau tingkah laku. Kata kerja juga
disebut verba. Kata kerja dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Kata
kerja transitif adalah kata kerja yang selalu diikuti objek. Contoh : membeli,
menangkap, menabrak, dan sebagainya
b. Kata
kerja intransif aalah kata kerja yang tidak diikuti secara langsung oleh objek.
Contoh : menyanyi, menari, dan sebagainya.
Ciri-ciri kata kerja :
1) Terdiri
dari beberapa imbuhan yaitu me, di, ber, ter, me-kan, di-kan, ber-an,
memper-kan, diper-kan, dan memper-i.
2) Pada
awal kalimat dapat diawali dengan kata telah, sedang, akan, hampir, dan segera.
3) Dapat
diperluas dengan menambahkan kata dengan + kata sifat.
Contoh : menghitung
dengan teliti, lari dengan cept, dan sebagainya.
3. Kata
Sifat
Kata
yang menyatakan sifat atau hal keadaan dari suatu benda atau sesuatu yang
dibendakan.
a. Kata
sifat menurut bentuk :
1) Kata
sifat yang terbentuk dari kata dasar.
Contoh : kuat, lemah,
jauh, dan sebagainya.
2) Kata
sifat yang terbentuk dari kata jadian.
Contoh : terindah, mengecil,
terbaru, dan sebagainya.
3) Kata
sifat yang terbentuk dari kata ulang.
Contoh : kekanak-kanakan,
pontang-panting, gelap-gulita dan sebagainya.
4) Kata
sifat yang terbentuk dari kata serapan.
Contoh : amoral,
kreatif, super, dan sebagainya.
5) Kata
sifat yang terbentuk dari frase atau kelompok kata.
Contoh : murah hati,
keras kepala, kepala batu, dan sebagainya.
Ciri-ciri
kata sifat :
1) Terbentuk
dengan tambahan imbuhan ter- yang mengandung arti paling.
2) Dapat
diterangkan atau didahului dengan kata kata lebih, agak, paling, sangat, cukup.
3) Dapat
diperluas dalam bentuk se + reduplikasi ( pengulangan kata ) + nya.
Contoh
: secantik-cantiknya,
setinggi-tingginya, dan sebagainya.
4. Kata
ganti
Kata
yang dipergunakan untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan.
Kata ganti dibedakan
menjadi :
a. Kata
ganti orang
Kata ganti yang
digunakan untuk menggantikan nama orang atau nama benda lain.
1) Kata
ganti orang pertama tunggal : aku, saya, hamba, dan sebagainya.
2) Kata
ganti orang pertama jamak : kami, kita.
3) Kata
ganti orang kedua tunggal : kamu, dikau, kau, anda, dan sebagainya.
4) Kata
ganti orang kedua jamak : kalian.
5) Kata
ganti orang ketiga tungal : ia, dia, beliau.
6) Kata
ganti orang ketiga jamak : mereka.
b. Kata
ganti kepunyaan
Kata ganti yang
digunakan untuk menyatakan kepemilikan.
Contoh : Baju saya,
sepatu kamu, sepedaku, mobilnya, dan sebagainya.
c. Kata
ganti petunjuk
Kata ganti yang
digunakan untuk menunjuk suatu tempat atau benda.
Contoh : Ini, itu,
sana, dan sebagainya.
d. Kata
ganti penghubung
Kata ganti yang dipakai
untuk menghubungkan anak kalimat dengan induk kalimat.
Contoh : Baju Rafi yang berwarna merah itu mahal
harganya.
e. Kata
ganti tanya
Kata ganti yang
digunakan untuk menanyakan tentang benda, orang, atau tentang suatu hal.
Contoh : apa, mana,
siapa.
f. Kata
ganti tak tentu
Kata ganti yang
digunakan untuk menunjukan atau menggantikan benda atau orang yang jumlahnya
tak tentu.
Contoh : masing-masing,
seseorang, sesuatu, para, dan sebagainya.
5. Kata
keterangan
Semua
kata yang memberi keterangan pada kata kerja, kata sifat, kata bilangan atau
seluruh kalimat.
Bagian-bagian kata
keterangan :
a. Kata
keterangan tempat
Semua kata yang
menjelaskan suatu tempat lokasi, misal : Disini, disitu, di rumah, dan
sebagainya.
b. Kata
keterangan wkatu
Semua kata yang
menjelaskan berlangsungnya sesuatu dalam waktu yang tertentu, misal : Sekarang,
nanti, minggu depan, dan sebagainya.
c. Kata
keterangan alat
Kata yang menjelaskan dengan
atau sesuatu itu berlangsung. Contoh : Dengan tongat, dengan pisau, dengan
membabi buta, dan sebagainya.
d. Kata
keterangan syarat
Kata yang menenrangkan
terjadinya suatu proses dibawah syarat-syarat tertentu, misal : Jikalau,
seandainya, bila, dan sebagainya.
e. Kata
keterangan sebab
Kata yang memberi
keterangan mengapa sesuatu itu bisa berlangsung. Misal : Sebab, karena, oleh
karena itu, dan sebgainya.
6. Kata
bilangan
Kata
yang menyatakan jumlah kumpulan dan urutan atau tingkatan suatu benda sesuatu
yang dibendakan.
Macam-macam kata
bilangan :
a. Kata
bilangan utama
Kata bilangan yang
menyatakan satuan jumlah dalam angka.
Contoh : Satu, seratus,
seribu, dan sebagainya.
b. Kata
bilangan bertingkat
Kata bilangan yang
menunjukan tingkatan atau susunan jumlah sesuatu.
Contoh : Kesatu, kedua,
keseribu, dan sebagainya.
c. Kata
bilangan tak tentu
Kata bilangan yang
menyatakan jumlah satuan sesuatu yang tak tentu.
Contoh : Beberapa,
sebagian, segerombolan, dan sebagainya.
d. Kata
bilangan bilangan
Kata bilangan pelengkap
yang menunjuk pada satuan obyeknya.
Contoh : Sehelai,
secarik, sekunyum, sebutor, seonggok, sebuah, sepiring,dan sebagainya.
7. Kata
sambung
Kata
yang berfungsi untuk meyambungkan bagian-bagian dalam kalimat atau
menggabungkan antara satu kalimat dengan kalimat yang lain bahkan satu paragraf
dengan paragraf yang lain.
Jenis-jenis kata
sambung :
a. Kata
sambung menyatakan gabungan, contoh : Dan, lagi, serta.
b. Kata
sambung menyatakan pertentangan, contoh : Tetapi, akan tetapi, melainkan,tidak
hanya, dan sebagainya.
c. Kata
sambung menyatakan waktu, contoh : Bila, selama, sesudah, sehabis, dan
sebagainya.
d. Kata
sambung menyatakan tujuan, contoh : agar, supaya, biar, dan sebagainya.
e. Kata
sambung menyatakan sebab, contoh : Sebab, karena, sebab itu, dan sebagainya.
f. Kata
sambung menyatakn akibat, contoh : Hingga, sampai, dan sebagainya.
g. Kata
sambung menyatakan pilihan, contoh : atau, maupun.
h. Kata
sambung menyatakan syarat, contoh : Jika, apabila, andaikata, dan sebgainya.
i.
Kata sambung menyatakan perbandingan,
contoh : Ibarat, seperti, bak, dan sebagainya.
j.
Kata sambung menyatakan tingkat, contoh
: Semakin, kian, dan sebagainya.
k. Kata
sambung menyatakan penjelas, contoh : Bahwa.
l.
Kata sambung menyatakan cara, contoh :
Sambil, sembari dan sebagainya.
m. Kaata
sambung menyatakan pengantar kalimat, contoh : Alkisah, konon, dan sebagainya.
8. Kata
depan
Kata
yang berfungsi merangkaikan kata/kelompok kata satu dengan kata atau kelompok
kata yang lain dalam suatu kalimat sekaligus menentukan jenis hubunganya.
Kata depan berdasarkan
fungsi :
a. Di,
ke, dari
Digunakan untuk
merangkaikan kata-kata yang menyatakan tempat atau sesuatau yang dianggap tempat.
Contoh : di Jakarta, ke Surabaya, dari Bandung.
b. Pada
Digunakan untuk
menyatakan orang, nama orang, atau nama binatang, nama waktu atau kiasan.
Contoh : Pada suatau hari, pada bapak, dan sebagainya.
c. Dengan
Digunakan untuk
menyatakan alat atau cara. Contoh : Saya berjalan dengan cepat.
d. Untuk,
kepada, buat, tentang, akan, kepada
Digunakan sebagai
pengantar objek tak langsung. Contoh : Kami berdiskusi tentang pelajaran.
9. Kata
sandang
Fungsi kata sandang
yaitu menjadika sebuah kata itu sebagai kata benda. Contoh : Tuhan sang
Pencipta alam.
10. Kata
seru
Kata yang sudah jelas
menyatakan suatu maksud tertentu, yaitu seruan yang terdapat dalam kalimat
perintah.
Contoh : Hai, datanglah
kemari !
11. Kata
tanya
Uraian kata tanya dimasukan
kata ganti tanya.
Macam-macam kata tanya
: Apa, kapan, siapa, dimana, berapa, bagaimana, mengapa.
BAB
III
DIKSI
A. Pengertian
Diksi
Diksi pada dasarnya merupakan pilihan kata yang
tepat yang diberlakukan dalam suatu penulisan. Diksi atau pilihan kata memegang
peranan yang sangat penting dan utama dalam pencapaian fungsi yang efektif.
Diksi dalam ragam tulisan berbeda dengan ragam lisan santai. Demikian pula
diksi ragam tulis ilmiah berbeda dengan ragam sastra, jurnalistik, ragam
pribadi, dan sebagainya. Diksi sesungguhnya berkaitan dengan hal-hal yang
sepatutnya diperhatikan dalam sebuah karangan, yaitu kecermatan pemakaian tanda
baca, ketepatan pilihan kata, kesesuaian hubungan sintaksis, kejelasan logika
penalaran, keberanian menciptakan majas, idiom, metafora, analogi, dan gaya
bahasa lainnya yang menghindari bentuk klise.
1. Ketepatan
pilihan kata
Contoh :
a. Menjelang
Pemilu, tiba-tiba kita seperti disergap iklan politik dari berbagai
penjuru.
b.
Menjelang Pemilu, serempak kita seperti disekap iklan politik yang datang dengan segala angin surganya.
c.
Menjelang Pemilu, mendadak kita seperti diserbu
iklan politik yang datang dengan segala
janji palsunya.
d. Menjelang
Pemilu, seketika kita seperti dibekap
iklan politik dengan berbagai harapan
ideal untuk menyelimuti kelpasuannya.
e. Menjelang
Pemilu, kita seperti tak dapat menghindar
dari sergapan iklan politik yang
datang dengan berbagai janji idealnya.
2. Kecermatan
pemakaian tanda baca
Contoh :
Kemarin, setelah
membawa kursi, lelaki itu beristirahat di bawah pohon.
Kalimat diatas maknanya
jadi berbeda ketika salah menempatkan tanda baca koma( ,) dan adanya penambahan
kata juga.
a. Kemarin
juga, setelah membawa kursi, lelaki itu beristirahat di
bawah pohon.
b. Kemarin,
jika setelah membawa kursi, lelaki itu beristirahat di
bawah pohon.
c. Kemarin, setelah membawa kursi (itu) juga, lelaki itu
beristirahat di
bawah pohon.
Diksi berkaitan juga
dengan makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif adalah makna kata
sebenarnya yang bersifat langsung dan lugas. Sedangkan, makna konotatif adalah
makna kata yang tidak sebenarnya yang bersifat tidak langsung, implisit,
ambigu, dan menyiratkan nilai rasa.
Contoh:
Kursi
·
Denotasi : tempat duduk
·
Konotasi : jabatan
Dalam sebuah karangan, patut pula kita
memperhatikan perkara kata-kata tertentu yang maknanya umum dan kata tertentu
yang maknanya khusus. Kata umum adalah kata yang banyak diterapkan untuk
bebagai hal yang maknanya mencakupi keseluruhan hal yang bersangkutan. Kata
khusus adalah kata yang diterapkan untuk hal tertentu yang maknanya mengacu
hanya pada hal yang bersangkutan.
Contoh:
KATA UMUM
|
KATA KHUSUS
|
Pekerja
|
Pegawai, karyawan, buruh, kuli
|
Pemantau
|
Pemirsa, pemerhati
|
Teori
|
Kaidah, dalil
|
Perguruan tinggi
|
Universitas, institut, akademi,
sekolah tinggi
|
kebijaksanaan
|
Politik, taktik, strategi
|
Diksi juga menyangkut pilihan kata
yang maknanya sinonim, homonim, ungkapan dan idiom. Sinonim adalah dua kata
atau lebih yang tulisan dan ucapannya berbeda tetapi maknanya sama.
Contoh
:
1. Laju
pertumbuhan Indonesia belakangan ini
dinilai oleh banyak pengamat cukup berarti
dan membawa pengaruh positif.
2. Laju
perkembangan ekonomi Indonesia
belakangan ini cukup signifikan dan
membawa dampak positif.
Homonim adalah dua kata atau lebih yang
tulisan dan ucapan sma tetapi maknanya berbeda.
Contoh
:
1. Dalam
hierarki jabatan stuktural di universitas kedudukan
ketua dudukan di bawah dekan.
2. Penonton
dibuat tegang ketika dalam kedudukan
14-13 Susi Susanti pebulu tangkis putri Indonesia, tampak mengalami cidera.
Ungkapan
adalah kata bentukan baru atau gabungan kata yang mempunyai makna baru.
Contoh
:
1.
Pejabat yang terlibat kasus korupsi
itu, kini telah dirumahkan.
2. Banyak
kasus penyelewengan yang pada zaman Orde
Baru dipetieskan, kini diangkat dan
dimasalahkan kembali.
Idiom
adalah gabungan kata yang mempunyai makna baru dan maknanya tidak dapat
ditelusuri dari makna kata asalnya.
Contoh
:
1. Taiwan
kini sedang menghadapi bahaya serangan negeri tirai bambu.
2.
Penguasa Orde Baru menerapkan
sistem pemerintahannya dengan tangan
besi.
3. Pemain
sinetron yang sedang naik daun itu bernama Isti qomah.
Dalam
karangan apapun jenisnya, semua diksi itu mutlak dimanfaatkan secara maksimal. Tujuannya agar karangan
lebih segar dan menawan. Demikian, menulis atau menggarang perlu
mempertimbangkan banyak aspek, diksi salah satunya yang dapat dimanfaatkan
secara maksimal.
PENUTUP
Demikian
makalah ini kami buat dengan sebaik-baiknya. Kami menyadari bahwa makalah ini
tidak sepenuhnya sempurna, termasuk dalam kelengkapan isi makalah ini sendiri
masih terdapat kekurangan. Tetapi setidaknya dalam makalah ini sudah
mencantumkan inti dari aliran-aliran pendidikan. Terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing kami Bapak Anang Sudigdo,M.Pd yang sudah membantu kami dan membimbing
kami dalam penulisan makalh ini dan juga kepada anggota penulis yang lain yang
sudah andil dalam penulisan makalh ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua pembaca dan memberikan referensi bagi pembaca lainya supaya kelak
bisa membuat makalah yang lebih baik dari makalah ini. Sekian ,
Wassalamu’alaikum
Wr. Wb
DAFTAR
PUSTAKA
Kusuma
Ningsih Dewi, dkk. 2013. Terampil
Berbahasa Indonesia. Yogyakarta : Andi offset
Mahayana
Maman. 2015. Bahasa Indonesia Kreatif.
Jakarta : Penaku
No comments:
Post a Comment