BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan adalah
usaha untuk memanusiakan manusia. Subyek, obyek atau sasaran pendidikan adalah
manusia. Pendidikan bermaksud membantu manusia untuk menumbuhkembangkan
potensi-potensi kemanusiaannya. Oleh karena keberadaan manusia yang tidak dapat
terlepas dari lingkungannya maka berlangsungnya proses pendidikan itu selamanya
akan berkaitan erat dengan lingkungan dan akan saling mempengaruhi secara timbal
balik.
Potensi-potensi
manusia dapat dikembangkan melalui pengalaman.. Interaksi manusia dengan
lingkungannya secara efektif dan efisien yang memberikan pengalaman yang dapat
mengembangkan potensi-petensi kemanusiaan itulah yang disebut pendidikan.
Interaksi manusia
dengan lingkungannya dalam ruang lingkup pendidikan mengandung banyak aspek
atau elemen-elemen yang sifatnya sangat kompleks. Kompleksitas elemen-elemen
yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi dalam ruang lingkup pendidikan
itu membentuk suatu sistem yang disebut sistem pendidikan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang dimaksud
dengan pendidikan ?
2.
Apa yang dimaksud
dengan sistem ?
3.
Apa yang dimaksud
dengan sistem pendidikan
4.
Apakah yang terdapat
dalam teori sistem (karakteristik dan model) ?
5.
Apa yang dimaksud dengan
pendidikan sebagai suatu sistem?
6.
Bagaimana analisis pendidikan sebagai sistem ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui apa itu pendidikan
2.
Mengetahui apa itu
sistem
3.
Mengetahui pengertian sistem pendidikan
4.
Mengetahui teori system ( karakteristik dan
model )
5.
Mengetahui apa yang
dimaksud dengan pendidikan sebagai suatu sistem
6.
Mengetahui analisis pendidikan sebagai sistem
BAB II
PERMASALAHAN
Berdasarkan analisa
dari badan pendidikan dunia ( UNESCO ), kualitas para guru Indonesia menempati
peringkat teraakhir dari 14 negara berkembang di Asia Pasifik. Posisi tersebut
menempatkan negeri agraris ini dibawah Vietnam yang negaranya baru merdeka
beberapa tahun lalu. Sedangkan untuk kemampuan membaca, Indonesia berada pada
peringkat 39 dari 42 negara berkembang di dunia. Lemahnya input quality,
kualitas guru kita ada di pertingkat 14 dari 14 negara berkembang. Ini juga
kesalahan Negara yang tidak serius untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dari
sinilah penulis mencoba untukj membahas lebih dalam mengenai pendidikan di
Indonesia dan segala dinamikanya.
Masalah pokok
pendidikan yang menjadi kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan
penanggulangannya ada empat macam, yaitu : masalah pemerataan pendidikan,
masalah mutu pendidikan masalah efisiensi pendidikan, masalah relevansi
pendidikan.
1. Masalah Pemerataan Pendidikan
Masalah pemerataan
pendidikan adalah persoalan bagaimana sistem pendidikan dapat menyediakan
kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warganegara untuk memperoleh
pendidikan. Masalah ini dapat dipecahkan dengan dua cara yaitu dengan cara
konvensional dan cara inovatif. Cara konvensional misalnyapembangunan gedung
sekolah dan pergantian jam belajar. Cara inovatif misalnya sistem guru kunjung
dan Sekolah Terbuka.
2. Masalah Mutu Pendidikan
Mutu pendidikan
dipermasalahkan jika hasil pendidikan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Masalah mutu poendidikan juga mencakup masalah pemerataan mutu pendidikan.
Pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang
bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia, dan managemen pendidikan.
3.
Masalah Efisiensi
Pendidikan
Beberapa masalah dalam
kaitannya dengan efisiensi pendidikan antara lain :
a)
Bagaimana memfungsikan tenaga pendidik.
b)
Bagaimana sarana dan prasarana pendidikan
digunakan.
c)
Bagaimana pendidikan diselenggarakan.
d)
Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga.
4.
Masalah Relevansi
Pendidikan
Sebenarnya kriteria
relevansi cukup ideal jika dikaitkan dengan kondisi sistem pendidikan pada
umumnya dan hambatan tentang kerjaan
yang ada antara lain sebagai berikut :
a.
Status lembaga yang bermacam-macam.
b.
Sistem pendidikan tidak pernah menghasilkan
luaran yang siap pakai. Yang ada ialah sikap kembang.
c.
Tidak tersedianya PT kebutuhann tenaga kerja
dengan persyaratannys ysng digunakam sebagai pedoman oleh lembaga-lembaga
pendidikan ntuk menyusun programnya.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pengertian Pendidikan
Banyak
definisi yang digunakan untuk menjelaskan arti kata” pendidikan ” diataranya
sebagai berikut:
a.
Pendidikan secara umum
merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan dalam pendidikan.
b.
Dalam
kajian yuridis formal, makna pendidikan seperti tersurat dalam UU nomor 20
tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, diungkapkan sebagai berikut: "Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
c.
Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan (1979) menjelaskan pula " Pendidikan merupakan suatu sistem
yang mempunyai unsur-unsur sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola
pendidikan, struktur, Kurikulum dan peralatan atau fasilitas".
d.
Menurut buku “ Dasar-dasar
Ilmu Pendidikan “ pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh
seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat
hidup atau penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.
e.
Menurut Karim ( 2008 ),
Pendidikan merupakan proses transfer kebudayaaan dan sebagai cermin nilai-nilai
kebudayaan sehingga itu pendidikan harus bersifat reflektif dan bersifat
progresif, artinya selalu mengalami perubahan sesuai tuntutan perkembangan
kebudayaan.
f.
Menurut Ki Hadjar
Dewantara, Pendidikan yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak adapun
maksudnya, pendidikan yaitu menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pendidikan
adalah sebagai berikut :
1.
Filsafat Negara
2.
Agama
3.
Sosial
4.
Budaya
5.
Ekonomi
6.
Politik
7.
Demografi
Ketujuh
factor tersebut merupakan suprasistem dari sistem pendidikan. Pendidikan
sebagai suatu sistem berada bersama, terikat, dan berada dalam tekanan
suprasistemnya. Pendidikan tidak mungkin selalu mendahului gerak ketujuh sestem
yang berada di lingkungannya. Namun demikian, jika pendidikan hanya
menyesuaikan diri atau menjadi pengikut setia dari suprasistemnya atau
factor-faktor tersebut makan pendidikan akan selalu berada di belakang tanpa
kreativitas dan tanpa inisiatif apapun. Oleh karena itu, di samping mengikuti
kemauan atau tekanan factor-faktor yang
ada di lingkungannya, pendidikan hendaknya dapat melakuka antisipasi terhadap
arah gerak factor-faktor luar atau supra sistemnya. Antisipasi ini dapat
menjadi dasar untuk mengadakan pembaharuan di dalam tubuh pendidikan itu
sendiri. Dengan demikian pendidikan tampak memiliki kreasi dan inisiatif yang
bisa ditunjukkan kepada faktor-faktor
luar (suprasistemnya) dan sekaligus dapat berfungsi sebagai mencusuar
erhadap lingkungannya sehingga pendidikan dapat menjadi penerang.
2. Pengertian Sistem
Sistem
berasal bari bahasa Yunani, yakni systema yang berarti sehimpunan bagian
atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu
keseluruhan. Istilah sistem merupakan suatu konsep
yang bersifat abstrak. Sistem dapat diartikan
sebagai seperangkat komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi
untuk mencapai satu tujuan.
Sistem adalah suatu kesatuan unsur-unsur yang saling
berinteraksi fungsional yang
memperoleh masukan menjadi keluaran. Kesamaan lain dapat dilihat melalui
ciri-cirinya sebagaimana disebutkan dalam buku akta mengajar V Depdikbud,
1984) yang meliputi :
a.
Adanya tujuan
b.
Adanya fungsi untuk mencapai tujuan
c.
Ada bagian komponen yang melaksanakan rungsi-fungsi
tersebut
d.
Adanya interaksi antara komponen satu saling hubungan
e.
Adanya penggabungan yang menimbulkan jalinan keterpaduan
f.
Adanya proses transformasi
g.
Adanya proses umpan balik untuk perbaikan
h.
Adanya daerah batasan dan lingkungan.
Zahara
Idris (1987) mengemukakan bahwa sistem adalah kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen
atau elemen-elemen atau unsur-unsur sebagai sumber-sumber yang mempunyai
hubungan fungsional yang teratur, tidak acak, dan saling membantu
untuk mencapai suatu hasil (produk). Sistem dapat pula diartikan sebagai
suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu
kebulatan/keseluruhan yang kompleks atau utuh (Amirin: 1992). Mc. Ashan (1983)
mendefinisikan sistem sebagai suatu strategi yang menyeluruh atau terencana
dikomposisi oleh suatu set elemen yang harmonis, mempresentasikan kesatuan
unit, masing-masing mempunyai tujuan sendiri yang semuanya berkaitan terurut
dalam bentuk yang logis. Sementara itu Immegart (1772) menyatakan bahwa esensi
sistem merupakan suatu keseluruhan yang memiliki bagian-bagian yang tersusun
secara sistematis, bagian-bagian itu berelasi antara yang satu dengan yang
lain, serta peduli terhadap konteks lingkungannya.
Ciri-ciri
umum suatu sistem sebagai berikut:
1.
Sitem merupakan satu kesatuan yang holistic
2.
Sistem memiliki bagian-bagian yang tersusun
sistematis dan berhierarki
3.
Bagian-bagian sistem itu berelasi antara satu
dengan lainnya
4.
Tiap-tiap bagian sistem konsen/peduli terhadap
konteks lingkungannya.
3.
Pengertian Sistem Pendidikan
Sistem pendidikan adalah suatu
strategi atau cara yang akan dipakai untuk melakukan proses belajar mengajar
untuk mencapai tujuan agar para pelajar tersebut dapat secara aktif
mengembangkan potensi di dalam dirinya untuk keperluan sendiri dan masyarakat.
Kesimpulan :
Proses pendidikan merupakan sebuah
sistem yang disebut sebagai sistem pendidikan.
4.
Teori Sistem ( Karakteristik dan
Model )
Teori Sistem yaitu
suatu kerangka yang terdiri dari beberapa elemen / sub elemen / sub system yang
saling berinteraksi dan berpengaruh. Konsep system digunakan untuk menganalisis
perilaku dan gejala sosial dengan berbagai system yang lebih luas maupun dengan
sub system yang tercakup di dalamnya. Contohnya adalah interaksi antar keluarga
disebut sebagai system, anak merupakan sus system dan masyarakat merupakan
supra system, selain kaitannya secara vertikal juga dapat dilihat hubungannya
secara horizontal suatu system dengan berbagai system yang sederajat. Dalam
pandangan Talcott Parsons, masyarakat dan suatu organisme hidup merupakan
system yang terbuka yang berinteraksi dan saling mempengaruhi dengan
lingkungannya. System kehidupan ini dapat dianalisis melaui dua dimensi yaitu :
a. Interaksi antar bagian-bagian /
elemen-elemen yang membentuk system dan interaksi / pertukaran antar system itu
dengan lingkungannya. Talcott Parsons membangun suatu teori system umum / Grand
Theory yang berisi empat unsure utama yang tercakup dalam segala system
kehidupan, yaitu : Adaptation, Goal Attainment, Integration dan Latent Pattern
Maintenance.
b.
Sitem
Sosial
Sistem Budaya ==> Individu ==> Perilaku
Sistem Budaya ==> Individu ==> Perilaku
Karakteristik
Sistem yaitu :
v Keseluruhan
bersifat primer,bagian-bagian bersifat sekunder.
v Integrasi adalah
kondisi saling hubungan antara bagian-bagian.
v Bagian-bagian
membentuk sebuah keseluruhan.
v Bagian-bagian
memainkan peranan mereka dalam kesatuannya untuk mencapai tujuan dari
keseluruhan.
5.
Pendidikan Sebagai
Suatu Sistem
Pendidikan
sebagai suatu sistem dapat ditinjau dari dua hal:
1) sistem
pendidikan secara mikro.
Pendidikan
secara mikro lebih menekankan pada unsur pendidik dan peserta didik. Polanya
lebih merupakan sebagai upaya mencerdaskan peserta didik melalui proses
interaksi dan komunikasi, yaitu ada pesan (message) yang akan
disampaikan dalam bentuk bahan belajar. Kemudian fungsi pendidik lebih
merupakan sebagai pengirim pesan (senders) melalui kegiatan pembelajaran
di kelas ataupun di luar kelas.
2) sistem
pendidikan secara makro.
Dalam kajian
makro, sistem pendidikan menyangkut berbagai hal atau komponen yang lebih luas
lagi, yang terdiri dari :
a. Input (masukan) berupa sistem nilai dan pengetahuan, sumber daya
manusia, masukan instrumental berupa kurikulum, silabus dsb, masukan
sarana termasuk di dalamnya fasilitas dan sarana pendidikan yang harus
disiapkan;
b. Proses yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan proses
belajar mengajar atau proses pembelajaran di sekolah maupun di luar sekolah.
Dalam komponen proses ini termsuk di dalamnya telaah kegiatan belajar dengan
segala dinamika dan unsur yang mempengaruhinya, serta telaah kegiatan
pembelajaranyang dilakukan pendidikdalam kerangka memberikan kemudahan kepada
peserta didik untuk terjadinya proses pembelajaran;
c. Keluaran (output) yaitu hasil yang diperoleh pendidikan
bukan hanya terbentuknya pribadi lulusan/peserta didik yang memiliki
pengetahuan, sikap, dan keterampilan sesuai dengan yang diharapkan dalam tujuan
yang ingin dicapai. Namun juga keluaran penddikan mencakup segala hal yang
dihsilkan oleh garapan pendidikan berupa : kemampuan peserta didik (human
behavior), produk jasa (services) dalam pendidikan seperti hasil
penelitian, produk barang berupa karya intelektual ataupun karya yang sifatnya
fisik material.
6.
Analisis Pendidikan Sebagai Sistem
Penggunaan analisis sistem dalam pendidikan dimaksudkan untuk
memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Prinsip
utama penggunaan analisis sistem dipersyaratkan dalam menangani permasalahan
pendidikan agar para pelaksana pendidikan berpikir secara sistematis, yakni
memperhitungkan segenap komponen pendidikan dalam menangani permasalahan
pendidikan. Cara demikian diperlukan agar setelah melihat adanya suatu
alternatif tidak terburu-buru mengambil
keputusan dengan menganggap atau menetapkan bahwa alternatif tersebut merupakan
satu-satunya yang dapat digunakan. Jika seorang guru mendapati siswanya sering
tidak hadir, tidak seharusna sang guru langsung menetapkan pemecahan masalah
dengan hukuman karena siswa tersebut dianggap malas. Anggapan bahwa hukuman
tersebut meupakan satu-satunya cara atau alternatif yang paling ampuh disertai pelaksanaan
hukuman yang terkesan terburu-buru, maka cara pemecahan masalah yang demikian
itu sangatkan tidak bijaksana karena tidak didasarkan pada cara pemecahan
masalah yang sistematis. Guru yang
menempuh pendekatan sistematis (menyeluruh, terstruktur, teratur, dan terukur)
baru mengambil keputusan setelah lebih dulu melacak semua hal yang diperkirakan
menjadi penyebab terjadinya suatu masalah atau peristiwa. Terkait dengan
permasalan tersebut, patut diduga bahwa siswa bersangkutan memang benar-benar
pemalas (komponen murid), atau ada guru yang tidak disukainya sehingga
menimbulkan keengganan untuk belajar (komponen guru), atau ada sejumlah mata pelajaran
tidak disukau sehingga enggan mempelajarinya (komponen kurikulum), atau karena
ada sebab-sebab lain yang terdapat di lingkungan sekolah sehingga menimbulkan
keengganan untuk hadir dan belajar di sekolah.
Semua hal sebagaimana tersebut patut diduga dan perlu ditelusuri
agar guru dapat mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan porsi dan porsinya
dalam mengambil tindakan untuk memecahkan masalah. Misalnya saja, jika dari
penelusuran ditemukan bahwa penyebab ketidakhadiran siswa adalah tugas-tugas rumah
tangga yang terlalu banyak dari keluarga dimana iswa menumpang, aka pemecahan
masalah yang tepat tidak dengan hukuman melainkan melakukan pendekatan kepada
keluarga yang ditumpangi siswa dan memberikan pengertian aga keluarga tersebut
memberikan waktu yang cukup untuk belajar kepada siswa yang bersangkutan.
Gambaran sebagaiman tersebut di atas menunjukkan bahwa untuk
dapat memecahkan masalah pendidikan, berbagai komponen dalam pendidikan perlu
dikenali secara tuntas agar dapat ditemukan komponen mana yang bermasalah dan
perlu dibenahi atau dimbangkan sehingga segeap komponen dapat berfungsi secara
maksimal. Bila semua komponen sudah baik, mungkin saja hubungan antar komponen
yang bermasalah. Jika demikian halnya, maka yang perlu diperbaiki adalah hungan
antar komponen, sementara itu komponen-komponennya sendiri belum memerlukan
perbaikan. Jika tujuan sistem tidak tercapai sepenuhnya, maka hal-hal yang pelu
diusahan antara lain; menemukan komponen yang mengandung kelemahan, menemukan
hubungan antara komponen yang mengandung kelemahan, dan memperbaiki komponen
atau hungan antar komponen yang mengandung kelemahan. Demikian inilah cara
berfikir sistematis dalam memecahkan masalah, dan inilah arti efisiensi serta
efektifitas analisis system.
Dalam situasi tertentu, bukanlah hal yang mustahil jika analis
sistem terhadap permasalahan pendidikan membuahkan keputusan tentang perlunya
dilakukan perombakan sistem secara total. Misalnya, jika komponen-komponen
pokok sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan umum situasi dan hubungan antar
komponen tidak lagi berjalan dengan baik. Dalam situasi ini secara keseluruhan
sistem harus diganti karena perbaikan terhadap komponen-komponen tertentu akan
berarti pemborosan yang amat sangat.
Penggunaan analisis sistem merupakan srategi yang sangat baik
untuk memecahkan berbagai permasalahan pendidikan. Analisis sistem tidak saja
berguna untuk memecahkan permasalahan pendidikan yang bersifat mikro melainkan
juga sangat berguna untuk memecahlan permasalahan pendidikan yang bersifat
makro.
BAB IV
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Pendidikan
merupakan sistem terbuka dimana berjalannya sistem pendidikan tidak hanya
dipengruhi oleh faktor-faktor internal melainkan juga sangat dipengaruhi oleh
faktor-faktor eksternal sebagai supra sistemnya. Sebagai komponen dari sistem
kehidupan yang bersifat makro, di samping harus mengikuti kemauan atau tekanan
faktor-faktor yang ada dalam di dalam sistemnya sendiri, pendidikan harus mampu
melakukan antisipasi terhadap arah gerak faktor-faktor luar atau supra
sistemnya yang dapat menjadi dasar untuk mengadakan pembaharuan di dalam tubuh
pendidikan itu sendiri. Pendidikan hendaknya memiliki kreasi dan inisiatif yang
bisa ditunjukkan kepada supra sistemnya dan sekaligus dapat berfungsi sebagai
mercusuar terhadap lingkungannya sehingga pendidikan dapat menjadi penerang,
contoh, dan teladan bagi lingkungannya.
Sebagai
suatu sistem, pendidikan memiliki komponen-komponen yang sangat kompleks dan
saling terkait serta berelasi satu sama lain. Penggunaan analisis sistem
merupakan cara yang tepat untuk memecahkan berbagai permasalahan pendidikan.
Prinsip utama penggunaan analisis sistem adalah berpikir secara sistematis,
yakni memperhitungkan segenap komponen dalam menangani permasalahan pendidikan.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasbullah. 2013. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta. PT Raja
Grafindo Persada
Hafid, Anwar. 2013. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan. Bandung. Alfabeta
Hangestiningsih, Endang. 2015. Diktat Pengantar Ilmu Pendidikan.
Yogyakarta
No comments:
Post a Comment